Tak ada pretensi apapun ketika tulisan
ini saya buat selain untuk menginspirasi orang lain, meneladani yang baik, dan
mengambil hikmahnya. Kisah ini berawal dari kisah nyata seorang sahabat yang
mungkin suatu hari akan membaca ini, betapa cerita hidupnya telah menginspirasi
saya pribadi untuk bersyukur atas nikmat Allah yang saya terima sampai hari
ini.
Sahabatku,
engkau memang tidak menawan dan kurang berpendidikan, orang kebanyakan
menganggapmu tidak cerdas, tapi bagiku engkau adalah wanita hebat dan tangguh
yang pernah aku temui, kepolosanmu dan sikap tidak cerdasmu, justru memancarkan
sinar ketulusan bentuk persahabatan setiap orang yang mengenalmu. Hidupmu yang
kurang beruntung sejak kecil sampai kau punya anak dua, menjadi kenyataan hidup
yang tak terbantahkan, betapa tabah dan tangguhnya mentalmu sebagai seorang
isteri yang serba kekurangan dalam hal lahiriyah. Tak sedikitpun terbesit dalam
hati dan pikiranmu, membelokkan rasa kesetiaanmu pada suami yang telah
mendampingimu beberapa tahun lalu.
Engkau
adalah wanita tangguh yang pernah aku temui selama ini. Keluhanmu hanya sebatas
makanan-makanan pendamping yang jarang sekali engkau nikmati. Keluhanmu sebatas
ingin merasakan gemerlap dan ramainya kota Situbondo dan Bondowoso, meski aku
tak yakin, engkau pernah menikmatinya saat itu. Keluhanmu hanya ingin mempunyai
sepeda motor bekas harga 4 jutaan agar bisa jalan-jalan bersama keluargamu,
tapi saat itu engkau tak bisa merasakannya. Tapi senyum dan tawamu saat bertemu
denganku tidak pernah tampak sedikitpun kesedihan itu. Seakan penderitaanmu
lenyap, engkau begitu bahagia, melihatku bahagia bersama isteri dan
anak-anakku, tak terbesit diraut wajahmu rasa iri.
“Aku
tak kan pernah bisa sepertimu kak” itulah kata-kata yang pernah kau lontarkan,
meski kau mungkin telah lupa. Saat itu aku hanya mengatakan” Allah akan
menyiapkan kebahagiaan bagi hambaNya
yang sabar”. Engkau hanya hanya tertawa, atau bahkan tidak percaya.
“Selama manusia hidup, ada banyak hal yang akan terjadi, dan kita tidak akan
pernah tahu apa yang akan terjadi” sambungku saat itu. Jalani dan terima apa
yang kita miliki hari ini, dan berdoalah esok kehidupan kita berubah. Engkau
hanya termangu.
Beberapa
tahun ini aku selalu bertanya kabarmu, tahun pertama, kabarmu belum berubah,
masih seperti saat aku mengenalmu, atau bahkan lebih buruk dari itu. Kemarin malam,
mungkin tahun kedua atau ketiga kita tidak bertemu, aku bertemu tetanggamu yang
dulu, lalu kutanyakan keadaanmu. Fantastic,
menurut cerita sekilas, ternyata engkau sekarang telah berbeda dengan yang
dulu. Hidupmu berubah drastis, engkau telah menemukan kebahagiaan, aku turut
bahagia dan bangga. Meski harus ada yang engkau korbankan, buah hati pertamamu,
belum bisa merasakan apa yang kau rasakan. Mungkin inilah bentuk pengorbananmu
saat ini. Aku tahu engkau ingin buah hatimu bersamamu dengan kehidupanmu yang
baru. Tapi inilah skenario Allah, engkau harus mengikuti jalan ceritanya. Suatu
saat engkau akan dapat meraih dan merengkuh kebahagiaan yang sempurna, meski
tak bersama orang yang pertama kali engkau merasakan jatuh cinta.